Adanya variasi warna ASI terkadang membuat seorang wanita bertanya-tanya apakah ASI yang dihasilkan tidak sehat sehingga perbedaan warna tersebut kerap dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI kepada Si Kecil. Untuk itu, pengetahuan menyeluruh mengenai kemungkinan terjadinya hal tersebut wajib ditanamkan kepada semua perempuan.
Perbedaan warna ASI sendiri bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Kejadian ini bisa saja terkait dengan asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui. Konsumsi obat-obatan dan kesehatan payudara seorang perempuan juga berkontribusi terhadap kemungkinan terjadinya perbedaan warna ASI.
Jika dilihat secara kasat mata, warna air susu ibu memang berbeda dari warna susu kemasan yang beredar di toko-toko. Hal ini tentu saja karena yang satu berasal dari manusia sedangkan satunya lagi berasal dari sapi. Warna ASI antara satu individu dengan individu lainnya pun sewajarnya bisa berbeda. Bahkan pada satu orang yang sama, perbedaan warna bisa saja terjadi di antara satu waktu dan waktu lainnya.
Beberapa faktor yang berdampak kepada terjadinya perbedaan warna ASI, antara lain:
Tubuh ibu juga akan membentuk ASI sesuai dengan kebutuhan si bayi. Kebutuhan di sini bukan hanya dalam hal kalori, tetapi juga mengenai kebutuhan kekebalan tubuh tubuh bayi. Ketika Si Kecil menyusui, sebagian kecil air liur bayi akan menyelinap masuk ke dalam puting ibu. Kelenjar air susu di payudara kemudian akan bertugas mendeteksi jika ada bakteri atau virus di liur si bayi tadi. Jika terdapat bakteri, maka tubuh si ibu akan memproduksi air susu yang disertai dengan komponen antibodi pelindung untuk bayi. Hal ini telah dibuktikan oleh sebuah penelitian di mana sel darah putih (leukosit) di ASI ibu ikut meningkat ketika si Anak sakit.
Lain halnya jika perbedaan warna ASI dipengaruhi oleh puting yang mengalami luka. Sejumlah kecil darah di dalam ASI dianggap tidak berbahaya, namun perlu diwaspadai bagi ibu, apalagi jika pendarahan pada puting tersebut berlangsung selama lebih dari dua minggu setelah melahirkan. Untuk mendapatkan saran yang tepat dalam mengatasi hal tersebut, sebaiknya segera hubungi tenaga kesehatan atau dokter anak.