Mengenali Gangguan Pencernaan Pada Batita Dan Cara Mengatasinya

Batita yang mengalami gangguan pencernaan umumnya akan memunculkan gejala berupa rewel, perut kembung, mual, muntah, diare, hingga dehidrasi. Biasanya gejala tersebut muncul karena Ananda makan terlalu banyak, mengalami infeksi saluran cerna, atau intoleransi laktosa. Kondisi ini juga kerap muncul akibat sistem pencernaan Ananda yang masih dalam masa perkembangan, dan masih menyesuaikan dengan jenis asupan yang diberikan.

Gangguan Pencernaan yang Umum Dialami Batita

Ada beberapa gangguan pencernaan yang umum dialami oleh batita, di antaranya:

  • Gumoh
    Gumoh merupakan kondisi normal, karena kerongkongan bayi belum berkembang sempurna. Selain itu, ukuran lambungnya juga masih sangat kecil. Saat terlalu banyak makan atau menelan udara ketika menyusu, bayi bisa gumoh. Biasanya gumoh akan hilang ketika bayi berusia antara 6 bulan hingga 1 tahun, karena pada saat itu otot-otot kerongkongan sudah dapat berfungsi dengan baik. Gumoh pada bayi tidak termasuk kondisi yang mengkhawatirkan, selama tidak terjadi secara berlebihan atau berkepanjangan, dan tidak menyebabkan gangguan pada tumbuh kembangnya.
  • Perut kembung
    Perut kembung pada anak, dapat membuatnya menangis dan rewel. Kondisi ini disebabkan saluran pencernaan anak belum berfungsi secara sempurna. Anak yang mengalami perut kembung biasanya akan memunculkan gejala khas, yaitu perutnya menjadi keras, sering sendawa, rewel, dan sering kentut. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cara makan dan minum anak yang terlalu cepat atau terlalu pelan, minum dari botol dot yang banyak gelembung udaranya, juga kebiasaan mengisap botol dot kosong. Mengonsumsi makanan yang mengandung gas, seperti brokoli, ubi, bawang, atau kol, juga dapat membuatnya kembung. Selain itu, ada pula kondisi lain yang dapat menyebabkan perut kembung, seperti refluks atau aliran balik asam lambung, dan intoleransi laktosa.
  • Kolik
    Kolik pada bayi ditandai dengan menangis secara berlebihan. Umumnya kolik terjadi pada beberapa minggu awal setelah bayi lahir dan berhenti saat bayi berusia 4 bulan. Bayi yang mengalami kolik akan menangis hingga lebih dari 3 jam sehari selama 3 hari dalam satu minggu, setidaknya terjadi 3 minggu berturut-turut.
  • Sembelit
    Sembelit atau susah buang air besar, cukup umum dialami batita. Biasanya disebabkan oleh pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), dehidrasi, atau kondisi medis tertentu. Gejala sembelit pada batita mudah untuk dikenali, yaitu anak tidak buang air besar setidaknya tiga kali dalam seminggu, sulit mengeluarkan kotoran, dan tekstur kotorannya keras. Selain itu, perutnya bisa terasa keras, nafsu makan menurun, merasakan sakit ketika mengejan, dan menangis tiap kali diajak ke toilet untuk buang air besar (BAB).
  • Diare
    Pada dasarnya, selama anak masih mengonsumsi ASI, susu formula, ataupun makanan semi padat, maka tekstur tinja saat BAB cenderung lunak. Namun, Bunda patut waspada ketika Ananda terlalu sering BAB, tinja cair, atau dalam jumlah yang banyak. Bisa jadi Ananda terkena diare. Diare pada batita dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari infeksi parasit, bakteri atau virus, alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, minum terlalu banyak jus buah, hingga keracunan makanan.

Meski cukup umum terjadi, gangguan pencernaan pada anak tidak dapat dianggap remeh, terutama jika gangguan pencernaan ini terjadi secara terus menerus atau berulang kali. Sebab, terdapat hubungan antara kesehatan saluran cerna Anak dengan proses tumbuh kembang dan tingkat kecerdasannya. Anak dapat mengalami kekurangan nutrisi dan cenderung kurang aktif, termasuk dalam belajar, apabila sering mengalami gangguan pencernaan.

Cara Mengatasi Gangguan Pencernaan dan Menjaga Kesehatan Pencernaan Batita

Beragam cara sederhana yang dapat Bunda lakukan ketika batita sering mengalami gangguan pencernaan, antara lain:

  • Memperhatikan posisi menyusui atau makan yang benar
    Biasakan menyusui atau menyuapi anak dalam keadaan lebih tegak, dan pertahankan posisi tersebut sekitar 20 menit setelah pemberian susu atau makanan. Hal ini dilakukan untuk mencegah susu dan makanan naik kembali ke kerongkongan. Pastikan juga Anak tidak makan atau minum terlalu cepat.
  • Pijat lembut perut Si Kecil
    Jika Anak mengalami kembung, pijat perutnya dengan lembut untuk menghilangkan gas atau membuat perutnya terasa lebih baik. Selain itu, Bunda juga bisa mengusap punggungnya. Caranya, letakkan anak di atas kasur atau di atas kedua paha Bunda dengan posisi perut menghadap ke bawah atau telungkup.
  • Berikan asupan makanan mengandung serat
    Jika Ananda menderita sembelit, sebaiknya berikan makanan yang tinggi serat. Utamakan memberinya asupan serat dari buah-buahan atau jus buah, seperti apel atau pir. Selain buah-buahan, roti gandum juga bisa diberikan kepada Ananda.
  • Hindari makanan tertentu saat mengalami gangguan pencernaan
    Jika anak mengalami diare, hindari makanan apa pun yang dapat membuat gejala diare semakin memburuk, misalnya makanan berminyak, makanan yang tinggi serat, makanan yang pedas dan asam, produk olahan susu, serta makanan manis. Jika anak masih minum ASI, sebaiknya Bunda juga tidak mengonsumsi berbagai makanan tersebut.
  • Pertimbangkan mengganti susu formula
    Jika anak mengonsumsi susu formula, sebaiknya berkonsultasi ke dokter terlebih dulu untuk mempertimbangkan penggantian susu formula. Misalnya dengan susu formula protein terhidrolisa parsial (partially hydrolyzed protein). Meski masih terus diteliti, namun jenis susu ini dianggap memiliki formula protein yang lebih lembut, sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh anak. Selain itu, Bunda juga dapat memilih jenis susu rendah laktosa. Namun jangan lupa, perhatikan kandungan nutrisi dalam susu formula, seperti kalsium, zat besi, omega-3, asam folat, vitamin B1, B6, dan B12, agar mencukupi kebutuhan gizi anak sehingga tumbuh kembang dan kecerdasan Si Kecil dapat optimal.

Pertahankan pola makan yang sehat dan sesuai untuk Ananda, demi menjaga kesehatan pencernaannya. Ajak juga Anak untuk selalu aktif bergerak, baik saat berolahraga maupun bermain, untuk mendukung proses pencernaan dan tumbuh kembangnya.

Bila gangguan pencernaan yang dialami Anak tidak kunjung membaik atau justru semakin parah, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

#dikutipdariAlodokter#