Penyebab dan Cara Penanganan Plasenta Previa

plasenta-previa

plasenta-previa

Plasenta merupakan organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan, yang memiliki fungsi utama sebagai penghubung vital antara ibu dan janin, memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat selama kehamilan dari mulai penyedia nutrusi hingga menjaga peredaran darah ke janin1.

 

Normalnya, posisi plasenta di awal mula kehamilan berada dibawah rahim. Namun,saat pertambahan usia kehamilan, plasenta dapat bergerak ke atas Rahim. Pada kondisi abnormal plasenta dapat terjadi selama masa kehamilan seperti plasenta previa.

gejala-plasenta-previa-2

Table of Contents

Apa itu Plasenta Previa?

Plasenta previa adalah kondisi medis yang terjadi pada kehamilan ketika plasenta berada terlalu rendah di rahim, menutupi sebagian atau seluruh serviks1. Kondisi ini bisa menjadi penyebab komplikasi serius, baik bagi ibu maupun bayi yang dikandung. Meski terdengar menakutkan, dengan penanganan yang tepat, banyak ibu yang mengalami plasenta previa dapat melalui kehamilan mereka dengan selamat.

Jenis-jenis plasenta previa3:

  • Plasenta previa total: Plasenta sepenuhnya menutupi serviks.
  • Plasenta previa parsial: Plasenta sebagian menutupi serviks.
  • Plasenta previa marginal: Plasenta berada di dekat tepi serviks, tetapi tidak sepenuhnya menutupi.

Penyebab Plasenta Previa:

Plasenta previa terjadi ketika plasenta menempel di bagian bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (serviks). Penyebab pastinya belum diketahui dengan jelas, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa:

  1. Usia Ibu: Wanita yang berusia di atas 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi.
  2. Riwayat Kehamilan: Wanita yang pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
  3. Riwayat Operasi Uterus: Operasi sebelumnya pada rahim, seperti operasi caesar atau kuret, dapat meningkatkan risiko.
  4. Kehamilan Ganda: Wanita dengan kehamilan kembar atau lebih memiliki risiko lebih tinggi.
  5. Multiparitas: Wanita yang sudah melahirkan beberapa kali sebelumnya.
  6. Merokok: Merokok selama kehamilan dapat meningkatkan risiko plasenta previa.
  7. Penggunaan Kokain: Penggunaan narkoba tertentu, seperti kokain, dapat meningkatkan risiko.
  8. Implantasi Abnormal: Plasenta yang berkembang tidak normal di dalam rahim.
  1.  

Gejala Plasenta Previa

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan vagina yang tidak menimbulkan rasa sakit selama trimester kedua atau ketiga kehamilan. Namun, ada beberapa gejala lainnya yang mungkin muncul2:

  1. Perdarahan Vagina:
    • Perdarahan mendadak tanpa rasa sakit, biasanya berwarna merah terang.
    • Perdarahan ini bisa berhenti dengan sendirinya tetapi sering kali kembali setelah beberapa hari atau minggu.
  2. Kontraksi Uterus:
    • Beberapa wanita mungkin mengalami kontraksi atau kram perut.
  3. Nyeri:
    • Meskipun jarang, beberapa wanita mungkin merasakan nyeri atau kram ringan.

Diagnosis Plasenta Previa:

Diagnosis plasenta previa biasanya dilakukan melalui berbagai metode pemeriksaan, dengan ultrasonografi (USG) sebagai alat utama. Berikut adalah beberapa cara diagnosis plasenta previa:

  1. Ultrasonografi (USG)

USG Transabdominal:

  •  USG transabdominal memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi plasenta previa, terutama pada trimester ketiga.

USG Transvaginal:

  • USG transvaginal dilakukan dengan memasukkan probe ultrasound ke dalam vagina. Metode ini lebih akurat dalam menentukan posisi plasenta relatif terhadap serviks7.
  1. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
  • MRI digunakan sebagai alat tambahan untuk menilai posisi plasenta, terutama jika ada ketidakjelasan pada hasil USG atau jika dicurigai adanya komplikasi seperti plasenta akreta (plasenta yang menempel terlalu dalam pada dinding rahim).

Komplikasi Plasenta Previa

Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang serius bagi ibu dan janin. Berikut adalah beberapa risiko komplikasi yang terkait dengan plasenta previa4:

  • Perdarahan Antepartum: Perdarahan vagina tanpa rasa sakit adalah gejala utama plasenta previa dan dapat terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Perdarahan ini dapat menjadi berat dan mengancam jiwa.
  • Perdarahan Intrapartum dan Postpartum: Risiko perdarahan hebat selama persalinan dan setelah persalinan meningkat pada plasenta previa. Perdarahan postpartum (setelah melahirkan) bisa sangat berbahaya dan memerlukan intervensi segera.
  • Persalinan Prematur: Plasenta previa meningkatkan risiko kelahiran prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) karena perdarahan atau intervensi medis yang diperlukan. Bayi prematur mungkin menghadapi berbagai komplikasi kesehatan.
  • Plasenta Akreta: Plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel terlalu dalam dan terlalu erat pada dinding rahim. Ini dapat menyebabkan perdarahan hebat saat persalinan karena plasenta tidak dapat terlepas dengan mudah.
  • Plasenta Inkreta dan Perkreta: Pada kasus yang lebih parah, plasenta dapat menembus lebih dalam ke dalam otot rahim (inkreta) atau menembus seluruh dinding rahim dan mencapai organ lain seperti kandung kemih (perkreta).

Cara Penanganan Plasenta Previa

Penanganan plasenta previa memerlukan pendekatan yang hati-hati dan terencana untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi. Berikut adalah langkah-langkah yang umumnya dilakukan untuk menangani plasenta previa dan memastikan persalinan aman dan lancar:

  1. Pemantauan Rutin dengan pemeriksaan ultrasonografi secara teratur 7
  2. Perbanyak waktu istirahat,
  3. kurangi aktivitas fisik.
  4. Tidak melakukan hubungan seksual, untuk mengurangi resiko kontraksi atau terjadi pendarahan.
  5. Mengkonsumsi Obat-obatan jika diperlukan atau tanda-tanda terjadinya komplikasi6
  1. Rawat Inap Jika perdarahan terjadi atau plasenta previa parah. Dan apabila terjadi perdarahan hebat, transfusi darah mungkin diperlukan untuk menggantikan darah yang hilang dan menjaga stabilitas kondisi ibu.
  2. Persiapan untuk Operasi Caesar karena pada banyak kasus plasenta previa, persalinan normal tidak mungkin dilakukan dengan aman, sehingga operasi caesar terencana dilakukan. Waktu operasi caesar akan ditentukan berdasarkan usia kehamilan dan kondisi ibu serta janin6.
  3. Konsultasi dengan Spesialis dokter kandungan yang berpengalaman dalam menangani kehamilan berisiko tinggi dapat membantu dalam merencanakan penanganan yang optimal. rencana persalinan dengan dokter untuk mengetahui langkah-langkah yang akan diambil jika terjadi komplikasi dan apa yang diharapkan selama persalinan.

Penanganan plasenta previa harus disesuaikan dengan kondisi spesifik setiap individu. Oleh karena itu, sangat penting untuk bekerja sama dengan tim medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan memastikan keselamatan ibu dan bayi.

Referensi:

  1. Reddy, U. M., et al. “Maternal age and risk of stillbirth throughout pregnancy in the United States.” American Journal of Obstetrics & Gynecology (2017).
  2. Jauniaux, E., et al. “Placenta previa and placenta accreta: Diagnosis and management.” American Journal of Obstetrics & Gynecology (2019).
  3. Silver, R. M., et al. “Placenta previa, placenta accreta, and vasa previa.” Obstetrics & Gynecology (2015).
  4. Ananth, C. V., et al. “The association of placenta previa with history of cesarean delivery and abortion: A metaanalysis.” American Journal of Obstetrics & Gynecology (2003).
  5. Cnattingius, S., et al. “Tobacco use and the risk of placenta previa.” Obstetrics & Gynecology (1993).
  6. Rayburn, W. F., et al. “Impact of maternal cocaine use on pregnancy outcome.” Obstetrics & Gynecology (1989).
  7. Tikkanen, M., et al. “Placental abruption: Clinical presentation, management, and maternal and fetal outcomes.” Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (2006).
  8. Smith, G. C. S., et al. “Accuracy of ultrasonography in the diagnosis of placenta previa.” Obstetrics & Gynecology (2006).