Plasenta Bayi dan Gangguan yang Menyertainya

Plasenta bayi adalah lapisan yang menempel pada  rahim selama bayi dalam kandungan dan berperan menjaga asupan darah dari ibu ke bayi melalui tali pusar. Nutrisi dan oksigen dialirkan pembuluh darah ke dalam plasenta untuk kemudian diteruskan ke janin. Sebaliknya, produk buangan seperti karbon dioksida dari janin di dalam kandungan diteruskan kembali ke plasenta untuk kemudian dihancurkan tubuh.  Di samping itu, plasenta bayi juga memproduksi hormon pendukung kehamilan seperti progesteron, estrogen, ataupun chorionic gonadotropin (hCG). Menjelang akhir kehamilan plasenta juga melepaskan antibodi atau zat kekebalan tubuh kepada janin.

Walau tidak melindungi bayi dari virus, efek minuman keras, nikotin, atau pun obat berbahaya yang dikonsumsi sang ibu, tetapi plasenta bayi menjaganya dari bakteri. Lapisan ini kemudian dikeluarkan dari rahim setelah proses persalinan.

Mendeteksi Gangguan Plasenta Bayi

Mengingat besarnya peran plasenta bagi janin, penting untuk mencermati faktor apa saja yang dapat mengganggu kerja plasenta. Berikut beberapa kondisi yang dialami ibu hamil yang membuat mereka lebih berisiko mengalami gangguan plasenta.

  • Wanita yang menderita hipertensi atau pun yang mengalami gangguan pembekuan darah.
  • Wanita yang hamil di atas usia 40 tahun cenderung lebih berisiko mengalami gangguan plasenta bayi.
  • Ketuban pecah Dini, Jika ketuban yang melindungi bayi pecah sebelum waktunya, plasenta lebih berisiko mengalami gangguan.
  • Ibu hamil yang mengandung bayi kembar atau lebih. Bayi kembar identik berada dalam plasenta yang sama, tapi dibungkus kantung ketuban berbeda. Sementara kembar yang tidak identik tidak berbagi plasenta.dan dikandung oleh ibu dalam ketuban dan tali pusar yang terpisah.
  • Wanita yang pernah menjalani operasi kandungan seperti pengangkatan jaringan fibroid, operasi Caesar.
  • Sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan plasenta.
  • Gangguan plasenta juga lebih berisiko dialami wanita yang merokok atau mengonsumsi obat terlarang seperti kokain.
  • Cedera pada perut, seperti jatuh, meningkatkan risiko gangguan plasenta.

Jika Anda termasuk wanita yang lebih berisiko mengalami gangguan plasenta, waspadai gangguan plasenta bayi lebih dini dengan mengenali gejala-gejala yang mungkin timbul. Segera periksakan diri ke dokter jika ibu hamil mengalami:

  • Sakit perut yang tidak biasa.
  • Perdarahan dari vagina
  • Sakit punggung yang amat parah.
  • Mengalami kecelakaan, jatuh, atau mengalami trauma lain pada perut.
  • Kontraksi rahim dengan intensitas tinggi.

Plasenta previa, robekan plasenta, dan plasenta akret adalah beberapa gangguan plasenta bayi yang paling umum terjadi dan berisiko  menyebabkan perdarahan parah. Plasenta pecah lebih dini terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta meluruh dari dinding rahim. Kondisi ini dapat mendatangkan konsekuensi bayi terlahir prematur. Plasenta previa terjadi saat sebagian atau seluruh plasenta menutup leher rahim, sehingga kadang bayi perlu dilahirkan dengan operasi caesar. Kondisi ini dapat dideteksi secara dini dengan USG, oleh karena itu pemeriksaan antenatal dengan dokter atau ahli kandungan merupakan langkah yang tepat untuk mencegah komplikasinya.

Sedangkan plasenta akreta terjadi ketika pembuluh darah plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan pada jalan lahir di saat trimester tiga kehamilan dan perdarahan hebat setelah proses persalinan. Selain itu, terdapat gangguan plasenta yang lebih berat, yaitu plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Plasenta inkreta merupakan kondisi di mana plasenta menempel hingga lapisan otot pada dinding rahim, sedangkan plasenta  prekreta adalah kondisi di mana plasenta menempel hingga menembus dinding rahim. Kondisi ini perlu ditangani secara tepat  (biasanya dengan operasi caesar atau histerektomi jika diperlukan) agar tidak berisiko menimbulkan perdarahan hebat pada saat persalinan.

Walau umumnya gangguan plasenta tidak dapat dicegah, namun ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kandungan.  Ini dapat dilakukan dengan menghindari merokok atau menggunakan obat terlarang. Selain itu, konsultasikan kondisi kesehatan pada dokter, terutama jika mengidap penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, kencing manis atau penyakit lainnya. Juga pastikan dokter mengetahui informasi penting, misalnya apakah bunda sebelumnya pernah mengalami gangguan plasenta bayi atau pun pernah mengalami masalah pada kehamilan sebelumnya yang meningkatkan risiko gangguan pada plasenta. Ingatlah untuk rutin melakukan pemeriksaan antenatal pada tenaga medis ahli agar kehamilan bunda dapat berlangsung dengan aman.