Risiko Bunda Kelebihan Berat Badan saat Hamil

hamil obesitas

hamil obesitas

Sebagian besar kematian bayi tersebut disebabkan oleh asfiksia lahir atau kondisi bayi baru lahir yang kesulitan bernapas, memiliki cacat lahir, terkena infeksi, maupun mengalami sindrom kematian mendadak pada bayi. Pada ibu hamil dengan obesitas tingkat 2 atau 3, terdapat peningkatan risiko kematian oleh karena kecacatan lahir dan sindrom kematian mendadak pada bayi.

Sesaat sebelum hamil, berat badan ibu sendiri digolongkan berdasarkan indeks massa tubuh (body mass index/BMI). Cara menghitung BMI, yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi (m)2. BMI normal untuk populasi Asia berkisar antara 18,5-22,9.

Sementara itu, angka BMI dibawah 18,5 menunjukkan bahwa berat badan ibu dianggap kurang ideal, sedangkan berat badan di atas normal dan obesitas pada populasi Asia ditunjukkan oleh angka BMI berikut:

  • 23-24,9 berarti berisiko obesitas.
  • 25-29,9 adalah obesitas tingkat 1.
  • 30 atau lebih adalah obesitas tingkat 2.
Pada skala internasional, angka BMI 25 atau lebih berarti kelebihan berat badan. BMI 30 hingga 34,99 masuk ke dalam obesitas tingkat 1. Obesitas tingkat 2 berarti memiliki BMI 35  hingga 39,99. Selanjutnya, BMI 40 atau lebih termasuk obesitas tingkat 3.

Meski hasil penelitian mengenai resiko kematian bayi pada ibu hamil yang mengalami obesitas masih membutuhkan penelitian lebih mendalam, namun tidak ada salahnya jika kita tetap waspada. Adapun risiko kesehatan lainnya pada ibu hamil yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas antara lain:

  • Keguguran. Obesitas meningkatkan risiko ibu hamil mengalami keguguran.
  • Diabetes gestasional atau diabetes yang terjadi selama kehamilan, ditandai dengan tubuh yang tidak bisa mengolah gula dan karbohidrat secara efektif. Akibatnya, kadar gula dalam darah melonjak. Kebanyakan ibu hamil yang mengalami kondisi ini bisa mengendalikan kadar gula darah dengan rutin berolahraga dan menerapkan pola makan sehat sesuai anjuran dokter. Sebagian perempuan mungkin akan membutuhkan  insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap normal.

Mengendalikan kadar gula darah penting dilakukan karena diabetes gestasional yang tidak dikendalikan dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, preklamsia, lahir secara caesar, bayi lahir dengan kadar gula darah yang rendah, terkena penyakit kuning, masalah pernapasan, atau bayi lahir dengan bobot tubuh yang besar sehingga bisa menyebabkan komplikasi persalinan.

  • Infeksi, misalnya infeksi saluran kemih serta infeksi pasca melahirkan, baik melahirkan secara normal maupun caesar. Bila kamu merasakan gejala infeksi saluran kemih, segera periksakan ke dokter. Gejala-gejalanya dapat berupa nyeri saat buang air kecil, air urine berwarna keruh atau kemerahan dan berbau, punggung terasa nyeri, sering buang air kecil, perut bagian bawah terasa seperti ditekan, demam, kelelahan, serta mual.

Hati-hati, infeksi saluran kemih juga bisa terjadi tanpa kamu sadari karena gejalanya tidak terlalu terasa. Tes Urine mungkin diperlukan untuk mengetahui apakah ada infeksi saluran kemih. Apabila diperlukan, dokter akan memberikan antibiotik. Di samping itu, untuk membantu melindungi diri dari infeksi, kamu bisa menjaga kebersihan, misalnya dengan mencuci tangan sebelum makan serta sebelum dan sesudah buang air, dan senantiasa menjaga kebersihan organ intim.

  • Kehamilan yang berkepanjangan. Obesitas meningkatkan risiko berlanjutnya masa kehamilan melampaui perkiraan tanggal kelahiran.
  • Preeklamsia. Ibu hamil yang mengalami obesitas berisiko mengalami preeklamsia yang ditandai oleh tekanan darah tinggi selama kehamilan dan tanda-tanda kerusakan ginjal atau sistem organ lainnya.
  • Masalah saat melahirkan, sehingga sering kali membutuhkan induksi persalinan. Obesitas juga dapat mengganggu efek obat pereda rasa sakit.
  • Masalah lainnya. Selain risiko di atas, penelitian lain mengungkapkan bahwa obesitas selama kehamilan berkaitan dengan proses persalinan yang lebih lama. Kondisi ini menjadikan ibu hamil memiliki kecenderungan lebih besar untuk melahirkan secara caesar. Ditambah lagi, operasi caesar yang dijalani ibu obesitas juga mengundang risiko terjadinya infeksi pada luka. Di samping itu, ibu obesitas juga berisiko mengalami bayi lahir mati atau stillbirth.
Penelitian juga menunjukkan bahwa selama proses kehamilan, ibu hamil obesitas memiliki peningkatan kebutuhan layanan kesehatan, seperti lebih sering harus melakukan pemeriksaan prenatal, lebih banyak mengonsumsi obat-obatan bagi yang melakukan rawat jalan, serta menjalani ultrasonografi (USG) kandungan.

Jangan takut, bila kamu termasuk mengalami obesitas selama kehamilan, konsultasikan kepada dokter kandungan tentang bagaimana menjalani kehamilan yang sehat termasuk pola makan yang ideal dan olahraga  yang diperlukan. Sementara itu, bila kamu obesitas dan berencana hamil, ada baiknya untuk menurunkan berat badan sebelum memulai program hamil. Penelitian mengungkapkan bahwa perempuan yang memiliki berat badan berlebih bahkan obesitas cenderung memiliki kehamilan yang sehat bila menurunkan berat badannya sebelum hamil.