Tanda-tanda sesak nafas pada anak di antaranya adalah lubang hidung terbuka lebar saat bernafas, kulit antara tulang rusuk dan leher seperti tertarik dan terdengar suara atau bising napas tambahan saat bernapas. Selain itu, sesak nafas juga seringkali ditandai dengan pernapasan yang terlalu cepat. Pada anak 1-5 tahun, lebih dari 40 kali tarikan napas dalam waktu 1 menit dan pada anak lebih dari 5 tahun, tarikan napas yang terjadi lebih dari 20 kali dalam 1 menit.
Pada dasarnya, saluran pernapasan terbagi dua. Pertama, saluran pernapasan atas meliputi bagian mulut, hidung, dan tenggorokan. Kedua, saluran pernapasan bawah termasuk bronkus dan paru-paru.
Meski lebih jarang terjadi, masalah dengan saluran pernapasan bagian bawah umumnya memerlukan penanganan yang lebih serius. Gangguan pada saluran pernapasan bagian bawah juga lebih berisiko menyebabkan sesak nafas pada anak, seperti:
Bronkiolitis terjadi saat adanya infeksi paru umumnya akibat virus, yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyumbatan pada saluran bronkiolus dalam paru-paru Umumnya, penyakit ini terjadi pada anak dan bayi. Gejala awal bronkiolitis hampir mirip dengan pilek berupa hidung tersumbat, batuk dan demam. Kemudian gejala yang semakin memburuk, seperti sesak napas pada anak, napas berbunyi, dan bisa disertai dengan batuk kering, nafsu makan berkurang, muntah setelah diberikan susu, hingga anak menjadi gelisah.
Pada bronkiolitis ringan, gejala penyakit akan mereda dan akan sembuh dalam waktu 2-3 minggu. Obat yang diberikan bertujuan untuk membersihkan lendir, mengurangi peradangan dan melegakan pernapasan. Untuk perawatan di rumah, disarankan untuk beristirahat dan memberikan asupan cairan yang cukup kepada anak serta menjaga agar sirkulasi udara di rumah terbebas dari asap rokok dan paparan bahan kimia. Untuk kasus yang lebih berat, disarankan rawat inap di rumah sakit untuk perawatan intensif.
Penyakit asma terjadi saat adanya peradangan yang disertai penyempitan saluran napas, yang dapat memicu sesak nafas pada anak. Penyebab asma pada anak mulai dari faktor keturunan, alergi, polusi udara, stres, cuaca dingin, konsumsi obat, infeksi saluran pernapasan hingga paparan zat kimia tertentu. Gejala asma yang muncul pada anak bisa berbeda-beda. Seperti batuk di malam hari, batuk kronis, lesu, sesak napas, dada terasa sesak dan sakit, napas berbunyi, dan napas tersengal.
Jika ini terjadi disarankan untuk segera berkonsultasi kepada dokter guna mendapatkan perawatan. Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan anak, melakukan pemeriksaan fisik, foto Rontgen, spirometri (tes fungsi paru), tes alergi pada kulit, hingga tes darah, seperti IgE, untuk mengetahui penyebab penyakit asma yang diderita anak. Diagnosa asma, dapat ditegakkan pada anak diatas usia 5 tahun. Selain memberikan obat, penting untuk menghindari faktor-faktor pemicunya guna mengendalikan penyakit asma.
Pneumonia merupakan infeksi paru yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Pneumonia awalnya terjadi sebagai infeksi saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan, kemudian bergerak atau meluas ke bagian paru-paru. Pada anak, gejala tergantung penyebab dan usia. Termasuk sesak nafas, demam, menggigil, batuk, hidung tersumbat, nafas berbunyi, sakit pada bagian dada, muntah, nyeri perut, hingga nafsu makan menurun. Pada kasus pneumonia yang parah, kuku dan bibir anak akan menjadi kebiruan, yang menandakan tubuh anak kekurangan asupan oksigen.
Jika gejala tersebut muncul pada anak, segera konsultasi ke dokter. Dokter menggunakan stetoskop untuk mendengar bunyi paru-paru pada anak. Paru-paru anak yang terkena infeksi pneumonia biasanya akan terisi cairan, sehingga bunyinya berbeda, inilah yang menyebabkan pneumonia sering juga dikenal sebagai paru-paru basah. Pemeriksaan Rontgen mungkin juga akan dilakukan untuk menilai keadaan paru. Jika pneumonia tergolong parah, dokter mungkin akan merekomendasikan perawatan intensif di rumah sakit. Pemberian obat antibiotik dan antiradang adalah untuk mengurangi pembengkakan, nyeri atau demam. Pemberian oksigen mungkin juga akan dilakukan jika kadar oksigen dalam darah lebih rendah dari seharusnya.
Selain sesak napas mendadak, Reaksi anafilaktik juga ditandai dengan sulit berbicara, tenggorokan menyempit, napas berbunyi mengi, hidung tersumbat, batuk, mual, sakit perut, atau muntah, detak jantung yang cepat, kulit terasa gatal atau bengkak. Umumnya penyebab kondisi ini karena alergi parah terhadap suatu zat, seperti bahan makanan tertentu, serbuk sari, sengatan atau gigitan serangga. Beberapa kasus yang jarang terjadi, alergi disebabkan oleh benda berbahan lateks. Penyebab reaksi anafilaktik yang lebih umum adalah bahan makanan, seperti kacang-kacangan, hidangan laut, susu, telur, kedelai, gandum dan lainnya.
Adapun reaksi anafilaktik muncul karena sistem imun tubuh menganggap bahwa zat alergen tersebut berbahaya bagi tubuh sehingga menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan berlebihan. Penting untuk menghindari zat alergen dalam upaya mencegah alergi anafilaktik. Jika reaksi anafilaktik terjadi, maka penanganan harus diberikan secara cepat dan tepat. Dokter biasanya akan memberikan obat yang dapat bekerja cepat, seperti ephineprine.
Pastikan orangtua dan keluarga menciptakan lingkungan sehat untuk kondisi pernapasan anak, terutama jika serangan sesak nafas pada anak kerap berulang. Jaga agar lingkungan dan udara di sekitar anak bersih dari debu, kotoran, termasuk polusi dan asap rokok, karena hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembangnya.