Varises vagina bukanlah hal yang dapat dideteksi sendiri, karena umumnya kondisi ini tidak menimbulkan gejala yang khas. Seorang wanita yang mengalami kondisi ini pasti mendapat informasi tersebut dari bidan atau dokter yang memeriksanya.
Gejala yang paling mungkin dirasakan antara lain adalah tekanan, pembengkakan, atau ketidaknyamanan di bagian kemaluan. Gejala ini umumnya diakibatkan pelebaran pembuluh darah hingga tampak menyerupai cacing. Pembengkakan dapat terlihat pada paha bagian dalam serta bibir kemaluan, dan akan semakin terasa saat berdiri lama.
Biasanya, situasi ini terjadi pada kehamilan trimester ketiga, saat pembuluh darah tubuh bagian bawah melebar seiring perkembangan janin. Risiko terjadinya varises makin meningkat dengan adanya pertambahan volume darah dan menurunnya kecepatan aliran darah dari tubuh bagian bawah. Sedangkan varises vagina yang terjadi bukan di masa kehamilan, umumnya dapat disebabkan oleh faktor genetik yang mengakibatkan perubahan pada pembuluh darah. Namun hal tersebut jarang terjadi. Hubungan seksual juga dapat memicu kondisi ini. Selain itu, varises vagina kadang dapat disertai dengan varises pada kaki.
Kabar baiknya, varises vagina tidak akan berpengaruh pada proses persalinan dan bukan berarti persalinan harus dilakukan melalui operasi caesar. Justru perdarahan yang mungkin terjadi saat persalinan akan lebih dapat dikontrol karena aliran di dalam pembuluh darah cenderung tidak bertekanan tinggi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sendiri untuk meredakan varises vagina:
Jenis penanganan yang akan diberikan dokter tergantung pada kondisi varises, apakah varises vagina tersebut berkaitan dengan varises pada kaki, dan apakah terdapat pembengkakan pada panggul (pelvic congestion syndrome). Penanganan yang dapat diberikan antara lain adalah embolisasi, skleroterapi dengan embolisasi, atau tindakan operasi untuk melakukan penutupan (ligasi) pembuluh darah dan pengangkatan (eksisi) varises.
Segera periksakan diri kembali jika gejala varises vagina tidak kunjung reda setelah 6 minggu pascapersalinan, atau setelah masa nifas selesai. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menetap dan bertambah parah pada kehamilan kedua.